Cara Bersihkan Racun (Detoksifikasi) di Otak dengan Tidur
http://liputan-69.blogspot.com/2013/10/cara-bersihkan-racun-detoksifikasi-di.html
Liputan 69 - Cara Bersihkan Racun (Detoksifikasi) di Otak dengan Tidur - Ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan kaitan antara tidur dengan proses detoksifikasi di otak.
Selama tidur otak akan melakukan pembersihan racun-racun yang ada, sehingga mengembalikan kesegaran fungsinya.
Racun otak muncul akibat pemanfaatan fungsi otak untuk berpikir yang dilakukan sepanjang hari.
Dalam studi yang dimuat jurnal Science ini ditemukan, sel-sel otak segera menyusut saat seseorang tidur. Dengan penyusutan ini, jarak antar neuron segera terbuka dan cairan akan masuk membersihkan otak dari racun. Tim peneliti mengatakan inilah pentingnya tidur untuk mengajktifkan sistem pembuangan racun.
Dengan temuan ini pula terungkap bahwa kurang tidur memberikan pengaruh tidak baik bagi otak. Pasalnya, racun kemungkinan masih terperangkap di otak. Akibatnya terjadi kegagalan untuk membersihkan protein beracun yang bisa memicu gangguan otak.
“Otak memiliki energi yang terbatas dan tampaknya dia harus memilih antara dua fungsi yang berbeda – terjaga dan sadar, atau tidur dan membersihkan,” kata peneliti Dr Maiken Nedergaard, seperti dikutip BBC.
Peneliti mengibaratkan hal ini seperti ketika seseorang harus menjadi tuan rumah pada sebuah pesta. Di satu sisi dia harus menemani tamu, namun dia juga ingin membersihkan rumah dari kotoran pesta. Kedua hal tersebut tidak bisa dilakukan bersamaan dan harus satu-satu dikerjakan. Begitu pula dengan racun di otak, seseorang harus menyempatkan diri untuk tidur agar “kotoran yang berserakan” di otak bisa segera dibuang.
Proses pembuangan limbah diotak dikenal dengan sistem glymphatic. Ketika diujicobakan pada tikus, sistem glymphatic bekerja 10 kali lebih kuat saat tertidur. Menurut Dr Nedergaard proses ini penting untuk pertahanan diri dalam hidup.
Dalam studi yang dimuat jurnal Science ini ditemukan, sel-sel otak segera menyusut saat seseorang tidur. Dengan penyusutan ini, jarak antar neuron segera terbuka dan cairan akan masuk membersihkan otak dari racun. Tim peneliti mengatakan inilah pentingnya tidur untuk mengajktifkan sistem pembuangan racun.
Dengan temuan ini pula terungkap bahwa kurang tidur memberikan pengaruh tidak baik bagi otak. Pasalnya, racun kemungkinan masih terperangkap di otak. Akibatnya terjadi kegagalan untuk membersihkan protein beracun yang bisa memicu gangguan otak.
“Otak memiliki energi yang terbatas dan tampaknya dia harus memilih antara dua fungsi yang berbeda – terjaga dan sadar, atau tidur dan membersihkan,” kata peneliti Dr Maiken Nedergaard, seperti dikutip BBC.
Peneliti mengibaratkan hal ini seperti ketika seseorang harus menjadi tuan rumah pada sebuah pesta. Di satu sisi dia harus menemani tamu, namun dia juga ingin membersihkan rumah dari kotoran pesta. Kedua hal tersebut tidak bisa dilakukan bersamaan dan harus satu-satu dikerjakan. Begitu pula dengan racun di otak, seseorang harus menyempatkan diri untuk tidur agar “kotoran yang berserakan” di otak bisa segera dibuang.
Proses pembuangan limbah diotak dikenal dengan sistem glymphatic. Ketika diujicobakan pada tikus, sistem glymphatic bekerja 10 kali lebih kuat saat tertidur. Menurut Dr Nedergaard proses ini penting untuk pertahanan diri dalam hidup.