Penyebab dan Cara Mengatasi Konstipasi atau Susah Buang Air Besar (BAB)
http://liputan-69.blogspot.com/2015/11/penyebab-dan-cara-mengatasi-konstipasi.html
Aktivitas harian yang memicu minimnya aktivitas fisik untuk jangka panjang bisa memicu kegemukan dan berbagai masalah kesehatan lain yang lebih buruk. Namun, untuk jangka pendek, kurang gerak bisa membuat sistem pencernaan Anda tidak lancar yang mengakibatkan konstipasi atau masalah buang air besar (BAB).

"Kurang gerak bisa memicu masalah konstipasi atau susah buang air besar. Itulah mengapa anak-anak yang susah buang air besar setelah lari-lari jadi lancar BAB-nya. Dengan bergerak dan minum air bisa membantu mengatasi konstipasi," tutur dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH dari RSCM, dalam konferensi pers gerakan Indonesia SeGar "BRRRGERAK 30" di Resto

"Kurang gerak bisa memicu masalah konstipasi atau susah buang air besar. Itulah mengapa anak-anak yang susah buang air besar setelah lari-lari jadi lancar BAB-nya. Dengan bergerak dan minum air bisa membantu mengatasi konstipasi," tutur dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH dari RSCM, dalam konferensi pers gerakan Indonesia SeGar "BRRRGERAK 30" di Resto
Kembang Goela, Jakarta, Rabu (04/11).
Dr Ari mengatakan bahwa bergerak bisa membantu memperlancar gerakan peristaltik usus besar yang mungkin terhambat karena tubuh tidak aktif bergerak dalam waktu lama. Dengan bergerak, ia melanjutkan, akan ada gerakan gravitasi yang membantu menekan kotoran yang tersumbat di usus besar.
"Seseorang bisa disebut mengalami konstipasi bila frekuensi BAB tidak normal atau BAB lebih dari tiga hari sekali dalam seminggu, dan kesulitan kesulitan mengeluarkan feses akibat feses yang keras," tambahnya.
Seringnya konstipasi akibat kurang gerak bisa bermanifestasi menjadi hemorroid atau ambeien. Komplikasi lain yang menurut dr Ari diakibatkan seringnya konstipasi seperti dispepsia atau begah, hingga polip yang meningkatkan risiko kanker usus.
Dr Ari mengatakan bahwa bergerak bisa membantu memperlancar gerakan peristaltik usus besar yang mungkin terhambat karena tubuh tidak aktif bergerak dalam waktu lama. Dengan bergerak, ia melanjutkan, akan ada gerakan gravitasi yang membantu menekan kotoran yang tersumbat di usus besar.
"Seseorang bisa disebut mengalami konstipasi bila frekuensi BAB tidak normal atau BAB lebih dari tiga hari sekali dalam seminggu, dan kesulitan kesulitan mengeluarkan feses akibat feses yang keras," tambahnya.
Seringnya konstipasi akibat kurang gerak bisa bermanifestasi menjadi hemorroid atau ambeien. Komplikasi lain yang menurut dr Ari diakibatkan seringnya konstipasi seperti dispepsia atau begah, hingga polip yang meningkatkan risiko kanker usus.