1657408484514812

Kisah Intan Dewi, Anak Punk Cewek yang Insyaf Kini jadi Muslimah Taat


Usia remaja atau ABG memang masa pengenalan jati diri. Apa yang diyakini oleh seorang remaja, entah itu berasal dari budaya, ideologi, atau hal lainnya, akan dijadikannya sebagai simbol jati diri. Tidak terkecuali bagi Intan Dewi, mantan punker yang kini taubat dan menjadi muslimah taat.


Suatu hari pada pertengahan tahun 2007-2008, Intan, begitu dia akrab dipanggil, berkenalan dengan musik punk dari temannya. Awalnya dia hanya bersikap acuh pada jenis musik yang berkembang pertama kali di Inggris itu.

Namun, semua seakan sirna setelah dia mengetahui esensi dari punk yang 'mengajarkan' kebebasan, dan kemerdekaan mutlak dengan menolak segala bentuk tirani dan belenggu norma. Satu persatu musik punk dia resapi secara dalam, mulai dari Rancid, Ramones, hingga Sex Pistol.

Penggalan syair lagu Anarchry in the UK miliknya Sex Pistol, seakan menjadi lagu wajib untuknya.
"Right! now ha, ha, i am an anti-Christ, i am an anarchist, don't know what I want but I know how to get it. I wanna destroy the passer by 'cos I wanna be anarchy, No dogs body."

Hari-hari Intan selalu dia habiskan di jalanan, tidak lagi meneruskan bangku pendidikannya. Terlebih setelah dia berkenalan dengan komunitas punk, aktivitas ngamen hingga bersenang-senang seakan menjadi pekerjaan harian yang menyenangkan. Selama menjadi anak punk, kehidupan Intan tidak menentu, terkadang dia di jalanan Cibinong, Sukabumi, hingga Ciawi.

Masuknya Intan dalam dunia punk juga mempengaruhi caranya berdandan dan berpakaian. Wanita kelahiran 24 April 1995 ini lebih suka memakai celana butut berbalut sepatu bots, dan jaket lusuh yang penuh dengan jahitan emblem.

Intan selalu merasa, atribut yang dia gunakan nyaman dan sesuai dengan apa yang dia inginkan. Namun tidak untuk kedua orang tuanya. Orang tua Intan kecewa melihat buah hatinya berperilaku menyimpang dari budaya daerahnya. Terlebih tetangga Intan, selalu mencibir dan tidak jarang menyudutkan Intan sebagai remaja yang urakan dan tidak berbudaya.

Selama menjadi punk, Intan tidak tentu pulang ke rumah, terkadang dua pekan sekali dia baru pulang bertemu dengan orang tuanya. Orang tua Intan selalu berusaha menyadarkan anaknya untuk merubah kebiasaan, namun semua nasihat tidak di indahkannya.

"Itu gaya hidup saya," kata Intan singkat.

Semua itu dia jalani hingga tahun 2010. Semua identitas punk yang melekat dalam dirinya dia lepaskan setelah Allah SWT mempertemukannya dengan komunitas punk muslim. Intan muda kembali mendapati dirinya dalam pertempuran batin. Rasa bosannya kepada dunia punk jalanan, menuntunnya untuk berbenah diri, merenungi masa depan dengan akal
sehat.

Diakui Intan, hidayah yang didapatkannya tidak lepas dari doa orang tuanya yang tanpa henti kepada Allah SWT. Intan sadar, kesalahan fatal dalam dirinya yaitu memaknai kebebasan dan kemerdekaan secara mutlak. Dari situ pemahaman Intan mulai lunak, dia yakin tidak ada yang mutlak, semua harus diiringi dengan tanggung jawab.

"Semua ini karena doa dari orang tua saya," lanjutnya.

Kini, Intan tidak lagi tampil dengan jaket lusuhnya. Dia istiqomah untuk menutup seluruh auratnya dengan jilbab dan rok panjang. Bahkan kedua kakinya selalu di tutup dengan kaos kaki, kemanapun dia pergi. Keseharian Intan juga dihabiskan dengan belajar membaca Alquran dan mengkaji hadits.

"Banyak perubahan, terutama mungkin dari keluarga lebih memerhatikan, dan tetangga lebih segan ke kita. Sekarang juga semakin banyak teman, semakin menambah wawasan jadi bisa tahu dunia lain juga," kata Intan.

Ramadan 1433 Hijriyah kali ini dia lewati dengan beribadah puasa bersama-sama keluarganya. Setelah sebelumnya tidak pernah menjalankan ibadah puasa dan tidak pernah menikmati Ramadan di rumah secara khusyuk.

Intan yang bercita-cita ingin menjadi psikolog bertekat untuk melanjutkan pendidikannya kembali dan menjadi anak yang bisa membanggakan dan berbakti kepada orang tuanya.

"Aku ingin meneruskan sekolah, lalu kuliah dan ingin lebih mengejar cita-cita dan memperbaiki diri lebih baik lagi dari sebelumnya," pungkasnya.

Punk Muslim

Sebagaimana diketahui, Punk Muslim adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Almarhum Budi Chaeroni. Budi yang juga seorang anak punk tiba-tiba mendapatkan hidayah dari Allah. Dalam hidayahnya Budi ingin mengajak teman-teman punk-nya untuk belajar mengaji dan mendekatkan diri pada Islam.

Budi meninggal pada tahun 2007 dalam sebuah kecelakaan motor yang sebabkan dia mengalami pendarahan otak. Setelah kepergian Budi, Punk Muslim tetap berjalan diteruskan oleh sahabat-sahabatnya.

Intan, adalah salah satu dari ragam warna anak-anak punk yang akhirnya bisa mengerti arti Islam dalam hidup. Bukan hanya meninggalkan punk, Intan juga sudah meninggalkan bermusik dan hingga hari ini istiqomah dengan menutup aurat.

“Islam Is My Life, Is My Way, Is My Attitude!,” ujar Intan Dewi.

(arrahmah.com/hidayatullah.com)





Kabar Muslim 8546831001982886206

Posting Komentar

Beranda item