Pelajar di Purwakarta Harus Berjalan Kaki 5 KM untuk Sampai ke Sekolah
https://liputan-69.blogspot.com/2015/12/pelajar-di-purwakarta-harus-berjalan.html
Demi menggapai cita-cita, belasan pelajar dari Madrasah Ibtida'iyah (MI) Awwalul Huda, di Kampung Cikajar Desa Pondok Bungur Kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, harus rela berjalan kaki sejauh 5 Kilo meter, dari rumahnya menuju sekolah.

Meski pun harus melintasi pematang sawah dan melewati jembatan bambu sepanjang 30 meter yang membentang diatas aliran sungai Cikao namun kondisi tersebut tidak menyurutkan langkah mereka untuk mengenyam pendidikan.
Di Kampung Cikajar ini, hanya ada dua Sekolah, yakni Madrasah Tsanawiah (MTs) Alma'arif dengan total siswanya 175 orang siswa dan 124 orang siswa dari Madrasah Ibtida'iyah Awwalul Huda. Dari seluruh pelajar yang menimba ilmu pendidikan di Dua sekolah ini, terdapat belasan siswa yang harus menempuh perjalanan 5 Kilometer, dari rumahnya di Kampung Tegal Panjang Desa Cipendeuy dan

Meski pun harus melintasi pematang sawah dan melewati jembatan bambu sepanjang 30 meter yang membentang diatas aliran sungai Cikao namun kondisi tersebut tidak menyurutkan langkah mereka untuk mengenyam pendidikan.
Di Kampung Cikajar ini, hanya ada dua Sekolah, yakni Madrasah Tsanawiah (MTs) Alma'arif dengan total siswanya 175 orang siswa dan 124 orang siswa dari Madrasah Ibtida'iyah Awwalul Huda. Dari seluruh pelajar yang menimba ilmu pendidikan di Dua sekolah ini, terdapat belasan siswa yang harus menempuh perjalanan 5 Kilometer, dari rumahnya di Kampung Tegal Panjang Desa Cipendeuy dan
Kampung Cikorod Desa Kertasari Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta.
Menurut Mansyur, salah seorang pengajar dari MI Awwalul Huda, belasan pelajar ini setiap berangkat dan pulang sekolah, harus melintasi pematang sawah yang berliku dan terjal serta melintas di sebuah jembatan darurat .
"Iya setiap hari belasan siswa berangkat ke sekolah harus berjalan kaki cukup jauh, karena tidak akses jalan yang memadai , jika hujan mereka tidak sekolah," ujar nya kepada wartawan, Rabu (16/12/2015).
Menurutnya, Jembatan bambu sendiri, dibangun dari hasil bantuan pihak sekolah serta swadaya masyarakat setempat. Meski para pengajar saling bergantian mengantarkan para pelajar sampai melewati jembatan sungai cikao tetapi tidak sedikit siswa merasa takut jatuh.
"Kami bergantian memegang anak anak,jika musim hujan seperti sekarang bisa dipastikan jumlah siswa yang sekolah bisa dihitung dengan jar,i" ungkapnya. (rri.co.id)
Menurut Mansyur, salah seorang pengajar dari MI Awwalul Huda, belasan pelajar ini setiap berangkat dan pulang sekolah, harus melintasi pematang sawah yang berliku dan terjal serta melintas di sebuah jembatan darurat .
"Iya setiap hari belasan siswa berangkat ke sekolah harus berjalan kaki cukup jauh, karena tidak akses jalan yang memadai , jika hujan mereka tidak sekolah," ujar nya kepada wartawan, Rabu (16/12/2015).
Menurutnya, Jembatan bambu sendiri, dibangun dari hasil bantuan pihak sekolah serta swadaya masyarakat setempat. Meski para pengajar saling bergantian mengantarkan para pelajar sampai melewati jembatan sungai cikao tetapi tidak sedikit siswa merasa takut jatuh.
"Kami bergantian memegang anak anak,jika musim hujan seperti sekarang bisa dipastikan jumlah siswa yang sekolah bisa dihitung dengan jar,i" ungkapnya. (rri.co.id)