Rizal Ramli: Kalo dulu ngga saya kepret, Freeport sudah perpanjang kontrak dan tikus-tikus pada pesta
https://liputan-69.blogspot.com/2015/12/rizal-ramli-kalo-dulu-ngga-saya-kepret.html
Menko Kemaritiman Rizal Ramli yakin PT Freeport Indonesia seharusnya sudah bisa perpanjang kontraknya sejak dulu.
Namun hal itu bisa ia cegah saat pernah menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian di era presiden Abdurahman Wahid (Gusdur).
"Kalau saya nggak kepret dulu itu sudah perpanjang kontrak, itu tikus-tikus sudah pada pesta," ujar Rizal di acara
Namun hal itu bisa ia cegah saat pernah menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian di era presiden Abdurahman Wahid (Gusdur).

"Kalau saya nggak kepret dulu itu sudah perpanjang kontrak, itu tikus-tikus sudah pada pesta," ujar Rizal di acara
Kompasiananival, Jakarta, Minggu (13/12/2015).
Rizal memaparkan usaha perpanjangan kontrak lebih cepat dari yang dijadwalkan kembali dilakukan pada saat era Presiden Joko Widodo. Namun hal itu kata Rizal bisa kembali dicegah karena Presiden Joko Widodo sudah mengetahui.
"Karena sudah kepergok dengan Presiden Jokowi dan saya, jadi nggak bisa perpanjang," papar Rizal.
Rizal menambahkan selama ini sistem regulasi di pemerintah terkait perpanjangan kontrak Freeport sudah lebih baik dibandingkan zaman Orde Baru.
Pasalnya kata Rizal, di era tersebut banyak pejabat bisa disogok untuk memudahkan birokrasi.
"Orang berfikiran zaman Soeharto itu apa sih yang nggak bisa dilakukan?, Kasih uang (sogok) udah beres," jelas Rizal.
Rizal memaparkan usaha perpanjangan kontrak lebih cepat dari yang dijadwalkan kembali dilakukan pada saat era Presiden Joko Widodo. Namun hal itu kata Rizal bisa kembali dicegah karena Presiden Joko Widodo sudah mengetahui.
"Karena sudah kepergok dengan Presiden Jokowi dan saya, jadi nggak bisa perpanjang," papar Rizal.
Rizal menambahkan selama ini sistem regulasi di pemerintah terkait perpanjangan kontrak Freeport sudah lebih baik dibandingkan zaman Orde Baru.
Pasalnya kata Rizal, di era tersebut banyak pejabat bisa disogok untuk memudahkan birokrasi.
"Orang berfikiran zaman Soeharto itu apa sih yang nggak bisa dilakukan?, Kasih uang (sogok) udah beres," jelas Rizal.